Wednesday, January 17, 2007

Saya tak pantas dipuji...

Setelah nyaris tiga minggu, inilah kali pertama saya kembali mengisi blog. Whoaaam.... nulis apa ya....Hmmm... kali ini saya akan coba membahas soal pujian....Setelah saya mempublish blog, ternyata saya paham dengan makna Alhamdulillahirabbil'alamin (Segala puji bagi Allah Tuhan semesta Alam) ketika kita mendapatkan pujian. Pujian memang seharusnya hanya milik Allah. Kita bisa berbuat baik lantaran berkat rahmatnya. Tapi, bukan itu pengalaman saya dalam mencari makna dari ayat kedua Surat Al-Fatihah itu. Begini ceritanya...

Setelah mempublish blog, beberapa rekan memuji (meski tak sedikit juga yang mengkritik) tulisan saya. Baik melalui tool comment atau melalui Yahoo Messenger pun sms. Alih-alih saya senang, saya justru merasa terbebani dengan pujian yang didapat. Pujian itu membuat saya berpikir, "Benarkah tulisan saya layak untuk dipuji?" Jika memang demikian, hal itu benar-benar akan membuat saya semakin terbebani. Itu berarti, saya sudah punya benchmark di hadapan sidang pembaca yang memuji blog saya. Secara tidak sadar, ketika saya menulis, benchmark itulah standar minimal mutu tulisan saya.

Keadaan itu jelas membuat saya harus memeras otak lebih dalam untuk membuat tulisan di blog. Bukan lantaran saya gila pujian, tapi frame seperti itu seakan tertanam dengan sendirinya di alam bawah sadar. Unconciusly, saya menjadi terbebani ketika hendak menulis tulisan di blog. (Tapi tetap bukanlah apologi karena saya tak menulis lebih dari dua minggu di blog ini :p)

Itulah penggalan cerita saya mencari makna sesungguhnya dari kata Alhamdulillahirabbil'alamin. Sebagai seorang makhluk yang sarat kekurangan, pujian hanyalah akan membenani dan semakin melemahkan kita. Karena itulah, untuk meringankannya, kita kembalikan pujian itu kepada Sang Pemilik Hati. (Ini sekadar pengertian dari persepsi saya. Setiap orang tentu punya pengalaman pribadi masing-masing dalam mengurai wahyu - baik tersirat maupun tersurat - dari Sang Pencipta).

No comments: