Friday, December 29, 2006

Tamagotchi....

Tampaknya saya adalah orang yang selalu telat dengan tren. Setelah blog, kali ini saya sedang keranjingan tamagotchi, sebuah gim permainan pemeliharaan virtual hewan kesayangan. Telat satu dekade.
Kebetulan dua minggu lalu saya baru mendownload gim sejenis tamagotchi (entah nama judulnya apa) ke communicator saya. Entah karena saya memang tak pernah memegang gim seperti itu sebelumnya, maka saya bermain layaknya gim di PS atau computer. Saya kira, hewan di gim itu baru aktif kalo permainannya saya hidupkan.
Eh... ternyata salah besar. Gim itu ternyata memakai real time. Jadi, waktu di gim, sama dengan waktu di HP saya. Alhasil, sudah beberapa kali hewan peliharaan saya itu mati lantaran hingga beberapa hari tak dicek.
Nah, 2-3 hari terakhir, saya jadi rajin mengontrol hewan saya itu. Meski mungkin kata orang kampungan, tapi saya mencoba menikmati permainan yang seharusnya untuk anak SD itu...

Nasihat...

Atas nasihat seorang teman, saya pun mencoba membuat blog di luar blog yang telah saya buat di friendster. Maka lahirlah blog ini. Namun, hingga sekarang, saya masih bingung, bagaimana cara mempublish kepada orang-orang, terutama teman dan rekan, bahwa saya sudah punya blog ini? Memberi tahu URL nya mungkin cara termudah, tapi bukan itu solusinya. Sebab, sebagian besar teman dan rekan saya itu, bukanlah pribadi yang doyan membuka blog, apalagi kalau teman cowok. Jelas malas lah membuka blog saya ini...

Umpatan...

Hal yang sangat jarang keluar dari mulutku adalah umpatan. Namun, entah kenapa hari ini kata-kata tak enak didengar sering dilafalkan lidahku. Ada beberapa hal yang membuat hal itu terjadi. Pertama, jelas koneksi internet yang bermasalah. Namun setelah mendengar causa prima dari hal itu, lidahku pun langsung kelu. Sebab, penyebab semua itu adalah gempa yang mengguncangkan Taiwan. Kebetulan. koneksi internet dari negeri ini berpusat ke negara itu. Adalah tidak etis apabila saya membiarkan mulut ini mengumpat sementara warga di negara yang dulu bernama Formosa itu larut dalam kepahitan. Empatilah yang seharusnya kuberikan.
Kedua, deadline yang tak kunjung kelar. Mengingat saya bekerja dengan menempatkan internet sebagai panduan utama, sungguh pusing apabila dikejar situasi deadline. Untung saja, kami bisa mengambil putusan penting dengan memanfaatkan bahan yang tersedia untuk diolah menjadi sebuah artikel untuk memanjakan pembaca.
Ketiga, hubungan interpersonal yang buruk. Adalah wajar apabila dengan situasi dan tuntutan kerja seperti yang saya alami, kemampuan otak kanan lebih dioptimalkan. Dan, kemampuan mengapresiasi itu sangat terkait erat dengan suasana hati ini. Jika bagus, insya Allah bagus jualah outputnya. Vice versa.
Hari ini, situasi hatiku sedikit tak nyaman. Koneksi internet hanyalah penyebab kecil. Causa majornya adalah banyak masalah yang perlu segera kupecahkan di luar pekerjaan kantor. Namun ketika masalah hendak diurai, sikapku kadang menjadi lebih sensitif. Hal kecil yang tak sesuai keinginanku, bisa langsung membuatku tak enak hati. Egois memang. Tapi begitulah kenyataannya.
Mungkin ada benarnya jika banyak orang menilai saya mewarisi hati ibuku. Hati yang sangatg sensitif. pemurah, namun juga dinaungi kesabaran yang berlebihan. Saya tak bisa menyalahkan ibu yang telah membesarkanku. Yang jelas, saya sendirilah yang harus menemukan solusinya. Sesuatu yang belum saya temukan hingga saat ini.
Selidik punya selidik, akhirnya saya menemukan alasan penting mengapa bad temper hari ini. "Kampret, flash disk gue ketinggalan waktu nyetak foto..."
(27/12/06)

Keinginan

Bagi pasangannya, seorang pria (atau diberi peran sebagai "pria" jika menjalin hubungan sesama jenis) harus "lebih" dalam segala hal. Termasuk dalam memberikan perhatian. Namun, ada kalanya pria dihinggapi sensitivitas tinggi sehingga menuntut perhatian lebih lagi dari pasangannya.
Salahkah jika pria - yang biasanya selalu bersikap mengayomi dan menaruh perhatian besar kepada pasangannya - meminta hal yang biasa dia lakukan itu?
Ada kalanya itu terjadi. Lalu, bagaimanakah seharusnya sikap perempuan sebagai pasangannya ketika sang pria bersikap "tak sebenarnya" itu?Bisa banyak kemungkinan. Ada yang tidak terima, terdiam dulu sebelum akhirnya menerima, atau langsung menerima dan menganggap itu hal lumrah dalam kehidupan berpasangan.
Lalu, sikap apa yang kau pilih?

Sejenak istirahat...

Kadang saya suka bingung melihat orang lain yang rajin posting ke blog. Beberapa malah sangat rajin dengan mengirimkan beberapa tulisan dalam satu hari. Namun, kok saya tidak bisa seperti mereka itu ya? Hmmm... Saya sendiri sulit menjawab pertanyaan itu. Sebab, sudah dua minggu lebih saya tidak posting ke blog tercinta ini. Kemalasan bisa jadi penyebabnya. Toh, saya sangat malas mengumbar pengalaman yang saya sendiri menilai sangatlah ordinary, hal yang mungkin sama dan sering terjadi pada orang kebanyakan. Jika ada opsi, saya lebih memilih jarang menulis namun ketika menulis benar-benar berbobot dibandingkan menuliskan sebatas pengalaman remeh pribadi. Tapi, pertanyaan selanjutnya muncul. Benarkah kelangkaan saya posting di blog menjamin kualitas tulisan yang dimasukkan. Inilah yang saya sendiri tak bisa menjawabnya. Sebab, baik atau buruknya tulisan, itu hanya bisa dinilai oleh orang lain. Bukan oleh penulis sendiri. Melihat dua fakta itu, saya kembali bertanya kepada diri sendiri. Apakah saya bisa menjadi penulis? Mungkin untuk saat ini, saya baru dalam tahap menyadur dan merangkum artikel ciptaan orang lain untuk kemudian ditulis dengan nama saya sebagai penulisnya. Dengan kata lain, tak mengubah isi tulisan hanya mengubah dengan melihat dari sudut pandang saya. Namun, tekad untuk meluluskan keinginan itu tetaplah menggebu. Dan, mungkin itu akan dimulai dengan cara menulis di blog ini.
(26/12/06)

Aa Gym, YZ, ME, dan PNS Klaten

Fiuh...Dipikir-pikir, capek juga ya jadi bangsa Indonesia. Bayangin aja, dalam sepekan, terjadi tiga berita yang membuat heboh publik. Mulai dari pernikahan kedua Aa Gym, video mesra antara YZ, seorang anggota DPR, dan pedangdut ME, serta video mesum dua orang PNS paruh baya di Klaten...
Entahlah... Kenapa justru berita-berita seperti itu yang cepat beredar dan menjadi pergunjingan orang banyak. Padahal, masih banyak persoalan-persoalan lain yang dihadapi bangsa ini. Yang lebih urgent bin penting untuk dihadapi dan dicarikan solusinya.
Apakah fenomena itu menunjukkan sesungguhnya fondasi mental bangsa ini? Yang lebih suka terhadap hal-hal yang berbau membuka aib saudaranya dibandingkan mencari jalan keluar dari masalah yang dihadapi? Atau, fenomena itu menunjukkan bahwa "tangan" cukong di dunia perpolitikan negeri ini kembali bermain? Yang dengan mudahnya menggeser perhatian publik agar fokus mereka tak lagi memerhatikan kiprah elite politik negeri ini yang penuh dengan tambal sulam?
Cape mikirnya... Termasuk juga saya dalam menulis blog ini. Emang ga cape apa nulis di waktu menjelang shubuh dengan mata yang belum sekali pun terkatup sejak bangun pagi?
(06/12/06)

Video PNS Klaten...

Setelah anggota DPR, rekaman video yang marak di pasaran adalah perilaku mesum yang dilakukan dua orang PNS (yang katanya berasal) dari Klaten di (tampaknya) sebuah rumah makan. Jujur, secara naluri jurnalistik, saya tertarik melihat apa yang dilakukan kedua PNS itu. Namun, setelah melihat prolog dari video itu, langsung membuat saya tak tertarik. Apa pasal? Rekaman itu dilakukan oleh orang yang secara (tidak) sengaja memergoki mereka kencan di tempat umum. Mengapa hal itu membuat saya tak tertarik? Sebab, kedua PNS itu hanya menjadi korban dari orang iseng yang melihat. Terlepas dari perbuatan mesum yang dilakukan PNS itu, tingkah perekam adegan mesum itu sepatutnya yang dikenai hukuman atas tindak pidana. Saya memang bukan seorang sarjana hukum, tapi setidaknya sang perekam itu harus dikenai atas tindakan menyebarkan pornografi. Jika terkait dengan orang lain yang tidak berkenan, mungkin dia pantas dihukum lebih tinggi. Bukannya saya mendukung tingkah PNS itu. Yang mereka lakukan tetaplah salah. Namun, bagaimanapun, "hubungan" yang dilakukan dua PNS itu adalah hak azasi manusia - meski memang tidak pula dilakukan di tempat umum.
(05/12/06)

Thanks Aa Gym...

Andai saya Aa Gym...Ada dua topik yang menjadi pembahasan utama media saat ini. Pertama adalah soal kasus video porno yang melibatkan seorang anggota dewan yang terhormat bersama seorang pedangdut. Keduanya langsung menjadi selebritis papan atas yang tak hanya menghiasi koran-koran gosip. Pun surat kabar utama negeri ini.
Topik kedua adalah soal pernikahan kedua Aa Gym. Hal ini tak kalah menghebohkan. Sebab, itu dilakukan oleh seorang kyai yang sudah bak pemimpin nonformal negeri ini. Andai poligami itu tidak dilakukan oleh seorang Aa Gym. mungkin berita pembahasannya tak sederas sekarang.
Apa yang menyebab kasus itu menjadi besar? Jelas itu terkait dengan basis utama pendengar dakwah beliau. Porsi terbanyak dari pendengar dakwah Aa Gym adalah ibu-ibu. Sebagai perempuan, mereka tentu tak mau madu. Sudah jelas, hal itu Takan sangat berpengaruh signifikan terhadap citra Aa Gym di masyarakat terutama kaum hawa - meski Teh Ninih sendiri telah mengikhlaskan hal itu.
Patut disimak sampai mana pengaruh penurunan citra Aa Gym di masyarakat. Apakah popularitas beliau menjadi surut juga? Atau bahkan unit-unit usaha yang telah dia rintis akan terkena getahnya? Penurunan omzet misalnya.
Hmmm... Belum bisa saya bayangkan akibat dari poligami itu. Tapi yang jelas, "berkat" Aa Gym. poligami masuk sebagai pembahasan Undang Undang oleh Menteri Meutia Hatta dan juga SBY. Sebuah hal yang tak mungkin terjadi sebelumnya. Dan, publik khususnya kaum perempuan patut "berterima kasih" kepada Aa Gym. Andai itu dilakukan Sapto Hudoyo, pemilik Ayam Bakar Wong Solo dengan Poligami Award-nya, belum tentu masuk dalam agenda khusus kepresidenan. Karena Aa Gym yang melakukan dan dengan statusnya sebagai pemimpin yang dicontoh umat, maka dimasukkanlah poligami dalam pembahasan di Ruang Rapat Kepresidenan.
Lalu, bagaimana jika saya yang berada pada posisi Aa Gym? Tak terbayangkan oleh saya sebelumnya. Namun yang jelas, saya tidak akan mencari ayat-ayat di kitab suci, hadits, atau sumber hukum agama lainnya hanya untuk "melegalkan" keinginan saya untuk berpoligami. Itu saja... Namun insya Allah, saya akan tetap menjadi penganut monogami.
(05/12/06)

82 hari...

82 hari lagi...Benar kata orang pintar (baca: alim ulama). Semakin mendekati hari, ujian yang dihadapi akan semakin berat. Itulah yang saya alami sekarang. Semakin ke sini, semakin saja banyak ujian dariNya yang dihadapi. Tapi, itu tidaklah membuat saya gentar. Justru dengan adanya ujian itu, bukankah berarti jalan yang saya pilih sudah benar? Bagaimanapun, jalan yang benar selalu penuh onak dan duri. Itulah panduan saya dalam melalui segala ujian yang diberikan. "Sesungguhnya Allah tidak akan memberi cobaan kepada suatu kaum melebihi kemampuan kaum tersebut."Cobaan adalah ujian dari Allah untuk menguji ketaatan kita. Untuk itulah dibutuhkan kesabaran...
82 hari lagi.... Sabar.....
(27/11/06)

Tegakkan kepala...

"Saya pikir dia akan gagal mengeksekusi penalti. (Sebab) kepalanya tertunduk."
Itulah ucapan Gary Neville, kapten Man.Unuted, kepada Neil Lennon, kapten Glasgow Celtic mengomentari eksekusi yang akan dilakukan Louis Saha, striker MU, saat kedua tim bertemu di matchday 5 Liga Champions (21/11). Ucapan Neville terbukti. Tembakan Saha digagalkan Artur Boruc, kiper lawan. Akibatnya, MU kalah 0-1 di Hampden Park, kandang Celtic.
Bukan hasil pertandingan yang membuat pertandingan MU vs Celtic itu menarik. Tapi, ucapan Neville kepada Lennon. Apa hubungan antara kepala yang tertunduk dengan kegagalan penalti? Rasa percaya diri.
Kepala yang tertunduk menunjukkan rasa percaya diri orang itu sedang drop. Padahal, rasa percaya diri sangat dibutuhkan ketika seseorang dihadapkan dengan situasi penting. Dan, itu bisa saja terjadi tiba-tiba seperti yang dialami Saha. Sebegitu pentingkah rasa percaya diri dalam pertandingan sepak bola? Ya!
Ambil contoh kekalahan memalukan Birmingham dari Liverpool di perempat final Piala FA (20/3/06) lalu. Birmingham yang kala itu tampil sebagai tuan rumah, gagal memanfaatkan status. Dukungan puluhan ribu penonton tak membuat Birmingham tampil menyengat. Justru jadi bulan-bulanan Liverpool yang menyarangkan tujuh gol tanpa balas, 7-0 buat tim tamu. Lantas apa yang menarik? "Saya sudah bisa memprediksi kekalahan itu ketika para pemain masuk lapangan," jelas Andrew Leci, host siarang langsung Liga Inggris ESPN. "Para pemain Birmingham masuk dengan kepala tertunduk. Itu menunjukkan mereka sudah kalah sebelum bertanding. Mereka tak punya rasa percaya diri bahkan takut.Bandingkan dengan para pemain Liverpool yang terlihat percaya diri. Sorot mata mereka dingin dan fokus menatap ke depan."
Gesture ternyata memegang peran penting dalam pengambilan keputusan. Sikap kepala yang tertunduk memang mencirikan orang itu tak mempunyai rasa percaya diri dalam menghadapi cobaan yang ada. Kegagalan penalti Saha dan kekalahan telak Birmingham bisa dijadikan contoh dari lapangan hijau. Contoh yang bisa kita tiru dalam kehidupan sehari-hari.
Bangunlah rasa percaya diri itu. Jangan pernah takut ketika menghadapi apa pun tuntutan kehidupan. Jika memang hal itu disimbolkan dengan menegakkan kepala, lakukanlah. Tapi, tetap ingat batasan yang ada. Ingat, kita adalah bangsa Timur yang menjunjung tinggi norma kesopanan. Jangan karena kita menegakkan kepala, jadi lupa melihat ke bawah. Mending kalau hanya terpeleset lantaran tak hati-hati melihat jalan. Tapi kalau sampai enggan melihat ke bawah lantaran tak peduli dengan lingkungan yang ada, ini yang bikin rusak bangsa ini. Bikin berabe...
Ngomong-ngomong soal kepala, ternyata kepala kita tuh bisa berputar 270 derajat dari ujung ke ujung. Dan, cowok adalah golongan yang paling sering menolehkan kepala. Mau tahu kenapa? Sebab, daya jangkau mata cowok lebih terbatas dibandingkan mata cewe. Jadi, dengan jarak pergeseran kornea mata sama, cewe lebih luas melihat lingkungan sekitarnya. Itulah sebabnya mengapa kalau banyak cowo ketika ada cewe cakep atau seksi lewat, akan menolehkan kepala dan cewe selalu tahu ada cowo yang memerhatikannya kendati tatapan mata cewe itu lurus ke depan....
(27/11/06)

Percayalah...Iblis bersama kita...

SEKADAR PROLOG Sepekan ini saya begitu gembira. Penyebabnya, saya berhasil mendapatkan singel LORDI berjudul Hard Rock Hallelujah, lagu yang sering saya dengar waktu liputan di Jerman pada Piala Dunia lalu. Sekadar info, Lordi adalah grup heavy metal asal Finlandia. Yang membuat mereka berbeda dari yang lain adalah kostum panggung. Mereka selalu berdandan menyeramkan bak setan atau monster. Menurut Lord Lordi, sang vokalis, itu dilakukannya agar menciptakan image berbeda. Ide yang didapatnya setelah melihat grup musik pujaannya, KISS.
Mungkin karena hal itulah, album Lordi tidak pernah masuk pasaran Indonesia. Padahal, dia sudah memenangkan Eurovision baru-baru ini. Gelar bergengsi untuk grup musik lantaran beradu skill dengan grup lain yang berasal dari seantero Eropa. Jangankan di Indonesia yang bukan negara sekuler, di beberapa negara Eropa pun mereka kerap dicekal. Mereka dianggap membawa pengaruh setan dalam musiknya. Hal yang dibantah Lord Lordi. Apologinya, jika memang LORDI memasukkan pengaruh setan ke dalam musiknya, lagu HARD ROCK HALLELUJAH dan DEVIL IS A LOSER mungkin tidak akan ada.
*****************************
Kembali ke bahasan utama terkait judul tulisan ini. Judul yang saya ambil dari penggalan lirik lagu milik Doel Sumbang. Awalnya, dengan adanya barisan kata itu, saya menganggap Doel seorang yang sesat dan meremehkan Tuhan. Sebab, bukankah dalam setiap doa atau ucapan keyakinan ketika akan berjuang adalah, "Tuhan bersama kita!"Namun setelah beberapa saat, saya lebih sepakat dengan penggalan lirik si Doel itu. "Percayalah, iblis bersama kita!" Sesat jugakah saya?
Inilah apologi saya. Sebagai seorang makhluk yang lemah dan (saya merasa) memiliki kadar iman seadanya, saya belum pantas mengatakan "Tuhan bersama saya." Apa pasal? Masih banyak kesalahan dan dosa yang saya perbuat dalam hidup ini. Ajaran yang Dia ajarkan pun belum semuanya bisa saya lakoni. Banyaknya kesalahan dan dosa yang diperbuat serta rasa malas yang timbul ketika hendak melaksanakan syariatnya bukankah membuktikan bahwa iblis lebih dekat kepada saya? Bisa dibayangkan berapa banyak iblis yang mengelilingi orang yang hidupnya selalu kotor dengan dosa plus tak pernah menjalankan ajaran agamanya.
Nah, jika sudah demikian, layakkan orang-orang seperti itu (terutama ketika mendapat kesulitan) berkata, "Tuhan bersama kita" ? Memang, setiap agama mengajarkan bahwa Tuhan akan selalu menolong makhlukNya. Tapi, makhluk seperti apa yang paling pantas mengatakan hal itu? Seberapa pantaskah kita berkata "Tuhan bersama kita" ?
Lalu,apa usaha kita? Hanya pasrahkah? Jangan! Emang mau sepanjang hidup ditemani oleh iblis terus? Bayangin aja sendiri... Saya sih ogah...
*****************************************
EPILOG: Devil is a loser by LORDI
You wanted power and you begged for fame
You wanted everything the easy wayYou wanted gain without pain
Now your bill is in the mailYou got stronger but your mind got weak
You made a promise that you couldn't keep
You had it all - You lost moreIt's all there in the fee

Via hell incorporated (regeneration)1st you love it then you hate it (you're such a saint)
And now you're never gonna make it (bad situation)
Get on get on down there's hell to pay

Cause the devil is a loser and he's my bitch
For better or for worse and you don't care which
Cause the devil is a loser and he's my bitch
Runnin' into trouble you skitch
He's my bitch

You wanted riches and license to kill
You got poverty and then you got ill
You got poor and you lost your willAll your dreams unfulfilled
I get my kicks when you blow your fuse
No-one got killed but that's no excuse
Hands up, I let you know when it's done
I've got the only gun

Via hell incorporated (regeneration)1st you love it then you hate it (you're such a saint)
And now you're never gonna make it (bad situation)
Get on get on downthere's hell to pay

Cause the devil is a loser and he's my bitch
For better or for worse and you don't care which
Cause the devil is a loser and he's my bitch
Runnin' into trouble you skitch

And there were no refunds (devil is a loser)
Just failing guarantees (devil is a loser)
"Confess your sins, son" (devil is a loser)
Said the preacher on TV (devil is a loser)
You got yourself some greasepaint
Set of white and black
All you got was laughter and Gene Simmons on your back
Cause the devil is a loser and he's my bitch
For better or for worse and you don't care which

Cause the devil is a loser and he's my bitch
Runnin' into trouble you skitch
He's my bitch (the devil is a loser and he's my bitch]
For better or for worse and you don't care which
Cause the devil is a loser and he's my bitch
Runnin' into trouble you skitch
YeahRunnin' into trouble you skitch
WhooowRunnin' into trouble you skitch...
(23/11/06)

Tujuan bikin blog

Apa jadinya ya jika menulis di blog menggunakan sistem deadline kaya di kantor tempat kerja saya. Jika sudah lewat tenggat redaksi, alamat teguran diterima. Masih untung jika terjadi di siang hari. Kalau terjadi di malam hari, bisa mempengaruhi jam terbit surat kabar.Bayangkan apabila kondisi itu diterapkan bagi orang-orang yang menulis di blog... Hmmm... Bisakah ide keluar? Tentu terasa perbedaannya. Orang yang menulis blog dengan tergesa-gesa karena tenggat waktu hampir habis, tentu tak akan maksimal hasilnya. Tulisan yang dibuat mungkin lebih banyak berdasarkan keterpaksaan lantaran mengejar waktu. Berbicara soal tenggat waktu, jika disuruh memilih, saya akan lebih menjatuhkan pilihan kalau pembuatan artikel di redaksi yang dibikin deadline. Mengapa? Bagi saya, mengisi di blog ternyata lebih sulit dibandingkan menulis sebuah artikel. Lha wong saya orangnya introvert. Beda apabila saya harus disuruh menulis bola. Selain memang hobi, toh saya mendapat nafkah dari situ. Terus jika ada pertanyaan, "Ngapain loe bikin blog kalo gitu?" Nah, jujur aja, kalo ada yang nanya seperti itu, saya mungkin akan garuk-garuk kepala yang tidak gatal dan maksimal nyengir kuda. Sampai saya menulis tulisan ini, saya belum tahu, apa tujuan saya membuat blog. Anggap saja, saya hanya ingin gaya-gayaan - gaya yang sudah terlambat tentunya - dan mengikuti orang-orang. Maaf, sebagian kecil orang-orang. Dari beberapa blog yang saya baca, khususnya yang berisi tentang cerita kehidupan pribadi masing-masing penulis, saya mempunyai anggapan dini. Mereka yang menulis itu mungkin adalah orang yang sulit mengungkapkan isi hatinya lantaran tak punya orang terdekat yang bisa dipercaya untuk sekadar berbagi cerita. Atau anggapan kedua, mereka adalah orang yang ekstrovert sehingga ingin kehidupan pribadinya diketahui orang lain. Asumsi ketiga, mereka itu adalah yang ingin berlagak menjadi orang terkenal. Hmmm... sebagian besar artis saja tak ingin kehidupan pribadinya dikorek. Ini malah mengumbar cerita via dunia maya. Kalau mau tahu kehidupan pribadi kan tinggal ketik REG (Spasi) NAMA dan kirim ke nomor ponsel orang yang ingin diketahui kegiatannya. Lebih simpel lagi, tanya aja, "Ngapain aja loe hari ini?"Tapi, saya mengeneralisir semua orang yang menulis di blog seperti itu loh... Itu kan hanya sebuah asumsi dini yang masih bisa diperdebatkan. Lain halnya jika itu menjadi sebuah axioma. Jelas itu menunjukkan siapa diri kita sebenarnya.
(21/11/06)

Pentingnya hati...

Inilah kali kedua saya menulis blog...Sampe sekarang, saya masih mencari-cari dan memiliah-milah, kira-kira hal apa yang perlu, bisa, harus, atau bahkan tak bisa ditulis di blog... Hmmm... Saya coba dengan cerita yang dialami saya kemaren (15/11)...
Hari deadline bagi orang yang bekerja seperti saya adalah hari yang pasti akan sangat hectic. Tak peduli alasannya, pekerjaan harus sudah bernas sebelum naik cetak. Jika itu tak dipenuhi, tanggung jawab moral kepada para pembacalah yang jadi taruhannya.Dulu saya pikir, untuk bekerja, otak (baca: rasionalitas) lebih dibutuhkan dibandingkan kolega lainnya. Tapi, dalam pekerjaan seperti yang saya geluti, otak menjadi nomor dua bila dibandingkan hati. Bagaimanapun, pekerjaan ini sangatlah mengandalkan kemampuan otak kanan saya. Dan, otak kanan itu punya hubungan sangat erat dengan hati. Jika hati merasa tentram, peredaran darah ke otak kanan pun menjadi lancar. Efeknya, jari-jari ini akan menari riang di atas keyboard yang dipakai. Tapi apa jadinya ketika perasaan dalam keadaan tak menentu? Jangankan untuk menyelesaikan sebuah artikel. Untuk memulai atau mencari kata pembuka bahkan judul saja sulit meski bahan sudah menumpuk di depan mata.
Namun ternyata, tak hanya pekerjaan seperti saya yang membutuhkan ketentraman hati agar bisa lancar bekerja. Semua pekerjaan pun demikian. Mungkin secara gaji pekerjaan yang saya jalani tidaklah sebesar saudara atau teman-teman saya yang bekerja di korporasi lain. Tapi banyak dari mereka yang mengaku iri dengan pekerjaan saya ini. "Maneh sih ngeunah Lu boga pagawean nu sarua jeung hobi. Urang, gawe di bank ngan ukur jeung ngabungahan kolot. Teu kahatean." Ga ngerti? :p Ini terjemahannya. "Kamu sih enak Lu punya pekerjaan yang sesuai dengan hobi. Saya kerja di bank hanya untuk menyenangkan orangtua. Hati saya tidak di sini."
Itu kata salah seorang saudara saya. Beberapa teman lain juga mengeluhkan hal serupa. Kemudian saya berpikir, memilih pekerjaan yang sesuai dengan hati pasti akan lebih senang menjalaninya. Jika hati sudah riang, tentu pekerjaan sesukar apa pun akan mudah diselesaikan. Stress tentu akan malas berdekatan. Berbeda dengan pekerjaan yang memang alasan orang memilihnya karena materi yang ditawarkan atau karena tuntutan orang lain. Hati tentu tak akan tentram karenanya. Ujung-ujungnya, meski mungkin secara materi melimpah, stress dan penyakit menjadi kawan akrab. Seperti rekan saya yang dulu pas zaman sekolah dan kuliah sangat antirokok, kini dengan tuntutan dari orang lain terhadap pekerjaan yang tak disukainya, dia menjadi perokok berat...sangat berat...
Fiuh... Cape juga bikin postingan... Padahal ini baru kedua...
(15/11/06)

Ketinggalan zaman....

Ini yang bikin saya ga suka dengan blog-blogan... Ribet bikinnya... Sampe sekarang saya bikin untuk kali pertama, masih bingung keuntungan dari bikin blog tuh apa... Paling jadi pelampiasan hobi menulis... Tapi kalo itu alasannya, ngapain juga saya bikin blog? Wong tiap hari juga kerjaannya nulis :pTapi gapapa... Siapa tau saya akan mendapatkan manfaat dari debut saya membuat blog ini. Toh, ga ada ruginya. Jadi, meskipun mungkin ketinggalan zaman dibandingkan dengan orang lain, dengan mengucap basmalah... Saya kirim postingan pertama saya ke blog ini...
(15/11/06)