Tuesday, November 25, 2008

Wasit (Jangan) Selalu Disalahkan

LANTARAN dikenal sebagai korps baju hitam, wasit sering menjadi kambing hitam hasil akhir suatu pertandingan. Di liga mana pun di kolong langit ini.

Kendati wajah sudah berganti menjadi Indonesia Super League (ISL), lagu lama soal detonator keributan di stadion tetaplah sama. Buruknya kualitas wasit.

Tak perlu dihitung jumlah laga yang berakhir dengan keributan karena buruknya kualitas wasit. Dampaknya bisa langsung terlihat. Mulai dari keributan yang dilakukan oleh suporter hingga pengejaran wasit oleh oknum pengurus klub.


Toh, bukan hanya di Liga Indonesia - yang sama dengan status negara kita sebagai negara dunia ketiga alias negara berkembang, polemik soal wasit pun menyentuh kompetisi yang diklaim terbaik di dunia. Premier League dan Serie-A. Dalam beberapa pekan terakhir, wasit selalu dituding menjadi biang kegagalan sebuah tim.

Di Inggris, manajer Manchester United Sir Alex Ferguson dan manajer Newcastle United mengkritik performa wasit ketika timnya bertanding. Di Italia, pelatih AC Milan Carlo Ancelotti juga merutuk kegagalan timnya meraih poin di Via del Mare, kandang Lecce, akhir pekan lalu disebabkan ketidakjelian wasit.

Berkaca dari kasus Sir Alex dan Kinnear, kritikan yang datang secara bertubi-tubi kepada wasit itu langsung menimbulkan kekhawatiran dari para petinggi Premier League. Para petinggi FA dan Premier League memang berempati dengan kekecewaan yang dialami para manajer. Karena itulah, mereka meminta para manajer itu bersikap dengan lebih dingin ketika merasa timnya dirugikan oleh putusan wasit. Toh, ada institusi khusus yang berwenang untuk menindak korps baju hitam itu.

Bayangkan, ketika kritikan itu hanya diucapkan secara lisan - maksimal gesture dengan menunjuk, FA sudah meminta para manajer itu untuk bersikap lebih sopan.
Bandingkan dengan di Indonesia yang sampai mengejar wasit hingga terbirit-birit.

Ada perbedaan besar dari pelampiasan ketidakpuasan wasit di Liga Indonesia dengan di Premier League atau di Serie-A. Mana yang harus lebih dulu dibenahi? PSSI beserta korps baju hitam? Atau malah mendewasakan sikap insan sepak bola tanah air? Sama sulitnya dengan menjawab mana yang lebih dulu, telur atau ayam. (jalu/Foto: Getty Images)

No comments: